Fotografi adalah hobby yg dulu terasa begitu mahal bagi saya sehingga kesempatan memotret (saat itu hanya ada kamera film saja) benar-benar saya manfaatkan sebaik-baiknya. Baru di era digital ini saya bisa memuaskan hasrat memotret saya karena biaya yang dikeluarkan untuk keperluan motret sudah tidak semahal dibanding dulu karena tidak adanya keperluan untuk mencuci film serta mencetaknya.

Namun kemudahan di era digital ini membuat hal yang paling penting yang saya rasakan dari kenikmatan memotret itu kini telah hilang. Kenikmatan saat memotret dengan kamera film adalah ketika mendengar suara cekrek, sreg atau klak saat shutter membuka dan menutup untuk merekam gambar. Kenikmatan ini hanya bisa saya rasakan saat menggunakan kamera manual/film saja. Kemudahan menggunakan kamera digital membuat saya malas & menjadi tidak disiplin untuk memperhatikan hal-hal detail sebelum mengabadikan subjek/objek foto.

Kenikmatan mendengar suara cekrek, sreg atau klak ini diperoleh sebagai muara dari proses panjang mulai dari melihat objek yang mau saya abadikan, memikirkan komposisinya, melihat metering apakah over, normal atau under sambil menyesuaikan diafragma & speed setting. Ketika jari siap menekan tombol rasa deg-deg-gan bin galau melanda karena hati bertanya akan bagaimana nanti jadinya foto ini setelah film dicuci & dicetak. Sebuah perasaan yang sukar dituliskan dengan kata-kata tapi nyata saya rasakan bagaimana nikmatnya memotret menggunakan kamera film.

Saya pun berpuasa motret begitu lama sehingga blog ini terlantar, Di waktu senggang saya coba membersihkan kamera jadul, Canon 7 rangefinder, sambil berharap moga-moga semua berfungsi dengan normal. Sampai akhirya semua proses pembersihan selesai saya pun mulai kembali menggunakan kamera film untuk memuaskan hasrat memotret saya.

canon-7

Setelah bermanja sekian lama dengan kamera digital rasanya tidak mudah buat saya untuk menyesuaikan diri dengan kamera film lagi, khususnya rangefinder ini. Proses cek metering harus saya lakukan dengan menggunakan aplikasi yang ada di smartphone untuk membandingkan apakah selenium cell untuk metering di kamera masih berfungsi normal atau tidak. Diafragma & speed setting pun harus dilakukan secara manual. Karena kebiasaan bermanja itulah seringkali saya terlalu cepat menekan tombol shutter ,lupa merubah fokus serta sederet kesalahan teknis lainnya.  Akibatnya cukup fatal, beberapa frame pun terbuang dengan percuma atau tidak layak tampil.

48760018-kodak-tmx100-small

Setelah beberapa kali melakukan kesalahan tersebut akhirnya saya bisa sedikit menyesuaikan diri lagi. Belajar untuk mundur selangkah, berhenti sejenak agar tidak terburu-buru, menikmati proses mulai dari membidik untuk mengatur komposisi sampai bunyi cekrek, sreg atau klak terdengar.

Yaaa… kamera film ini membuat saya kembali lagi bisa menikmati sensasi yang dulu saya rasakan saat memotret. Canon 7 rangefinder yang saya pakai ini dilengkapi film hitam putih Kodak TMX ASA 100 sebagai media perekam gambarnya.

Berikut ini adalah beberapa foto yang berhasil terekam dengan sukses. Silahkan klik fotonya untuk melihatnya dalam ukuran yang relatif besar.

Selamat menikmati…